Kamis, 31 Maret 2011

Yes, I'm an Indonesian

Semalam saya hampir mati ketawa. Ini serius! Karena saya benar-benar susah untuk bernafas saking tertawa terpingkal-pingkal. Lho, emang ada apa? Oke saya cerita ya.

Saya menonton "Laskar Dagelan from Jogja with Love" karya Butet Kartaredjasa, disutradarai Djaduk Ferianto, cerita oleh Agus Noor, dan musik dari Jogja Hip Hop Foundation. 

 Siapa yang tak kenal beliau-beliau ini? Dan hasil karyanya tak perlu dipertanyakan. Awalnya saya mendapat sms pemberitahuan dari mbak Hemma, ticketing di GBB. Melihat judulnya saya langsung tertarik dan juga karena saya sudah lama sekali tidak menonton teater. Dari judul yang terbersit di otak saya adalah ini teater musikal plesetan dari Laskar Pelangi (yang sayangnya saya kehabisan tiket waktu itu). Pendek cerita akhirnya berangkatlah saya 30 Maret 2011 ke GBB TIM dan menonton bersama 3 teman saya.
Ternyata banyak sekali seniman kawakan yang terlibat di dalamnya, Marwoto, Susilo a.k.a Den Baguse, Moh. Marzuki JHF, JogjaHipHopFoundation, show imah, yu Ningsih, Joned, Gareng Rakasiwi, Wisben, dan bintang tamu Hanung Bramantyo. Terang saja peminatnya banyak sekali, sampai-sampai ada show tambahan di tgl 30 Maret jam 15.00wib plus screen di luar untuk mereka yang ingin menonton tapi tidak kebagian tiket. Dan jangan heran kalau sepanjang jalan Gondangdia - Cikini makin macet karena pada mau ke TIM :)
Dalam Laskar Dagelan ini memasukkan anasir musik hip hop ke dalam kultur kehidupan masyarakat Jogja dimana isu monarki yang sedang santer. Di tengah situasi itu, sejumlah komedian merasa kehilangan pekerjaan karena makin hari kalah lucu dari para politikus. Dan mereka mencoba memprotes. Di saat yang sama ada kisah cinta yang rumit dan mengejutkan. Kisah itu ingin mencoba memotret bagaimana Jogja bagian penting dari proses menjadi Indonesia. Ada sejarah yang tak terpisahkan dari masyarakat Jogja dan Indonesia. Sebuah proses yang mesti terus ditumbuhkan, hingga kita meyakini bahwa Indonesia kini adalah Indonesia Kita.
Laskar Dagelan ini merupakan acara pembuka dari serangkaian Indonesia Kita. Ada 6 event yang terangkai dalam Indonesia Kita, yaitu Laskar Dagelan, Beta Maluku, Musikal Ludruk, Akar Zapin Akar Melayu, Reaktualisasi Seni dari Timur, dan Silang Budaya & Jenaka Foklore Lelucon Rakyat. Jadi, siap-siap menabung ya untuk menonton karya Butet :)
Walaupun Laskar Dagelan ini didominasi dengan dialog berbahasa Jawa tapi bisa dinikmati mereka yang tidak bisa berbahasa jawa. Contohnya teman saya dari suku Batak, dia nge-tweet demikian:
"Just little bit info from my experience :). Pertama kalinya lihat langsung teater musikal diajakin @chubbynduth niatnya beliin dia tiket sbg kado ultah. Mau ikut nonton tentu karena ada nama2 seniman terkenal awalnya sekaligus melihat budaya dari satu suku. I know how much @ThomasAndesta very proud with his culture and sometimes I ignore that. Yang ditonton budaya Yogya dan ditemani oleh orang2 Jawa, awalnya tidak paham bahasa teater dari teater tersebut, wajar saya bukan Jawa. Awalnya ditranslate oleh @ThomasAndesta tapi lama kelamaan enggak banyak, karena saya terbuai dengan pentasnya. Dari lagu, tarian, percakapan, dan settingnya. Entah kenapa saya merasa memahami pembicaraannya. The name is DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) of course it is special, I'm have a feeling like I'm apart of Yogya even i'm not. DIY also apart of Indonesia that's why also apart of me, I'm Indonesian. And we have so many culture and we must proud & take care of it. As Indonesian lets start to our culture & keep it, don't let anybody took it from you, jangan sampai kejadian disahkan negara lain baru ngamuk2."
Itu salah satu bukti bahwa Laskar Dagelan berhasil memikat penontonnya. Bagaimana tidak, dengan setting yang sederhana, tarian yang memukau, sindiran satir yang dikemas dengan guyonan-guyonan plus pisuhan-pisuhan dengan "krama inggil" sangat menghibur penonton. Mengajak penonton untuk berpikir mengenai fenomena yang ada di sekitar kita tapi tidak terlalu membebani kita.
Penampilan Show Imah, sinden kita, yang menyanyikan Umbrella-nya Rihanna dengan bahasa Jawa, sangat oke sekali. Kekompakan Marwoto dan Den Baguse yang nggasaki Hanung sampai speechless, enerjiknya Yu Ningsih, lagu-lagu yang dinyanyikan Kill TheDJ&JHF yang menohok nurani kita, dan penampilan lainnya perlu diacungi jempol.
Di Laskar Dagelan ini saya sampai susah nafas karena tertawa terus, terus, dan terus. Inilah yang membuat saya hampir mati ketawa. Sensasinya seperti main Halilintar di Dufan 1 jam nonstop, serasa jantung mau berhenti berdetak.
Dan bulan Mei, saatnya budaya Maluku yang dipentaskan, dan saya siap menontonnya :)